Orahua TV - Nias
Soföna niha sabölö sibai, so’öbalawa’ö, Laoŵömaru döinia. Lamane ŵanutunö ya’ia :
Sejarah orang yang sangat sakti, bernama Laowomaru :
LAOWOMARU |
Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda yang sangat sakti. Pemuda tersebut bernama Laowamaru. Pemuda tesebut berasal dari silsilah Sirao, yang memiliki sembilan anak Laki-laki, dan Salah satunya Lahari. Kemudian Lahari menikah, dan istrinya melahirkan seorang bayi yang sungguh luar biasa kekuatannya, Dialah Laowomaru. Laowomaru bertumbuh besar dan kemudian menikah dengan seorang perempuan yang bernama Sihoi. Laowamaru terkenal dengan kebiasaannya menindas orang, namun dia tidak dapat di lawan. Rambutnya panjang, tidak pernah di pangkas, dan parangpun tidak dapat menembus kulitnya.
Samuzama’ökhö i’ilasonoŵoba nasi bamöi ia morabu. Fefu ziso baoŵo, aŵögana’a, ahori ihalö, te'ailatimba ia. Bafuri-furi’ö, ba si manö-manö ia, eroso zoloyo, bamorabu ia.
Pada suatu hari, Laowomaru melihat ada perompak di lautan, dan segera Ia merampas segala sesuatu yang ada di kapal tersebut termasuk semua perhiasan, begitulah setiap saat jika ada yang berlayar melewati lautan tepat di wilayahnya.
Bama magölö ndraŵafefu, lamane: Harumaniya’ia, tatemambunu ia. Ba'oŵulo ira fefu, lara’u Laoŵömaru, larate. Omusosa’ae dödöra balatunu ia bagalitö. Ba'ifangeŵe da’ionia Laoŵömaru ba'a'oi aetu ratenomege. Ba'ilau moloi, möi ia badögi, raya, bambalö Ŵodo, ba nasi, so naiada’edögiandrö.
Semua masyarakat menyimpan dendam akibat tingkah laku Laowomaru. Mereka merencanakan pembunuhan Laowomaru. Kemudian mereka menangkap Laowomaru, di rantai, dan di buang ke dalam api yang menyala-nyala. Namun, Laowamaru dengan kekuatannya berhasil memutuskan rantai yang mengikat dirinya dan ia melarikan diri di sebuah lubang. Daerah Fodo, di tepi laut. Hingga sekarang, lubang (tempat persembunyian Laowomaru) tersebut masih ada.
Ba'i ombakha'ö Laoŵömaru khö ndrongania,
Sihoi, mböröŵa’abölonia. Imane "andrö abe’e sibai ndra’o, ba mbu kawa andre,
bahögögu yawa, si siwa rozi. Na ladöni da’ö, bataya ŵa’abölögu" LAOWOMARU dan SIHOI
Akhirnya, Laowomaru memberitahukan kepada istrinya, Sihoi tentang sumber kekuatannya. Ia kemudian berkata “Sumber kekuatanku berasal dari sembilan helai rambut kawat yang berada di atas kepalaku, apabila rambut tersebut di cabut, maka hilanglah kekuatanku"
Ba meso ia badögi gara andrö, i’ölini hao mbitaha, baso khönia zilatao, si miŵo naso zanuŵö, na'irongo da’ö, ba ibini’ö ia badögi, lömöi ia baero.
Ketika Ia masih di tempat persembunyiannya, di pagarinya sekeliling lubang tersebut dengan bambu yang menjuntai tinggi dan runcing, serta seekor ayam jantan, yang memberikan pertanda apabila sewaktu-waktu para masyarakat yang menginginkan kematiannya mendatangi dirinya, sehingga Laowomaru mampu menghindar. Dan tidak keluar dari tempat persembunyiannya.
Aefada’ö, idöni hili ifa’ötö ba nasi. Basonaŵönia, sanolo. Ba'imane ba da’ö Laoŵömaru, boi ŵuŵu furi gaheu, falö aŵuŵu furi danö. Banofati'u dödö naŵönia andrö khönia, iŵuŵu furi gahenia, balö alua i’ila idöni danö Laoŵömaru.
Setelah itu, Laowomaru memindahkan gunung-gunung melewati lautan lepas. Ia tidak sendiri, melainkan di bantu oleh seorang temannya yang sebelumnya Ia berikan petuah “jikalau nanti kita berjalan, janganlah sekali-kali engkau melihat ke belakang ataupun menarik langkahmu kembali, agar tanah yang kita pijak tidak kembali mundur”. Namun, temannya tidak mengindahkan perkataan Laowomaru, ditariknyalah langkah kakinya, hingga akhirnya tanah yang mereka pijaki tidak lagi bergerak untuk menyatu dengan daratan seberang lautan.
Aefada’ö, ba mamagölö zui ndraŵa nomege, lamane "Mitabu, tara’u ia, batatibo’ö ia ba nasi". Balara’u ia laböbö ia faoma sinali zao, baifuli ia badögi gara nomege.
Seiring waktu, masyarakat yang membenci dirinya kembali lagi. Mereka mengatakan “Mari, tangkap dia, dan buang ke laut”. Lagi-lagi Laowomaru di tangkap dan diikat dengan tali-temali yang lebih kuat, namun selalu saja Laowomaru dapat kembali ke tempat persembunyiannya.
Ba aefa da’ö, bamo’ono ia khö Zihoi, onomatua. Ba'i fo’ö banononia andrö, ifasisi ba mbaŵa ni’ogasö nilaugö, imanekhönia: Böi fakhölö’ö. Banoa’oia fökhö dödö niha khönia, ba lamane khö nono andrö: Hiza kawagi’a ba nasi, balö ifakhölö ia; balamane: Hiza noŵo soloyo. Aŵena ifakhölö ia, ba aetumbagi.
Selang beberapa saat, Akhirnya Sikhoi melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika beranjakremaja, Laowomaru mendidik sang anak untuk memiliki kekuatan sepertin dirinya. Dalam akhir latihannya, Laowomaru mengatakan “Apapun yang terjadi di belakangmu, jangan berbalik”. Namun, para penjahat yang berada di sekitar itu membuyarkan fokus sang anak, mereka berkata “Disana ada ikan di laut”. Sang anak tetap tak berkutik. Kemudian, mereka berkata lagi “Itu perompak di lautan”. Sang anak berbalik, dan akhirnya putuslah leher sang sang tersebut.
Andrö ifakao sibai niha zui Laoŵömaru. Ibunu haria sitou ba nasi ba do haria andrö mbörötandrulu nasi, lawa’ö. Balasuŵö ia zui, ba arakha larugi zinga göli, ba miŵo zilatao andrö khönia, balömöi ia baero.
Karena itu, Laowomaru kembali menindas masyarakat disekitarnya, namun dengan lebih kejam. Laowomaru membunuh ular raksasa di lautan lepas, dan itulah penyebab gelombang besar di lautan, kata para masyarakat setempat. Kembali lagi Laowomaru di buru di tempat persembunyiannya, namun berkokoklah ayam jantan miliknya, sehingga dia tidak keluar dari lubang tersebut.
Ba fahuhuo zui zanuŵö, lamane: Ha taŵisa khönia? Ba lamane aŵora ösa: Data fazaŵili rufia, aŵöhua suku, aŵö hua kete, barö ha ombitaha, melö lala badögi Laoŵömaru. Ba bazi bongi, ba lafazaŵili.
Dan berbicaralah mereka satu dengan yang lainnya “Bagaimana cara agar kita mampu menangkapnya?”. Sebagian dari mereka menjawab “Mari kita serakkanemas, baik dinar, maupun logam (berharga 25 sen), di bawah bambu yang mengitari tempat persembunyiannya, karena tak ada jalan menuju lubang tersebut”. Pada malam harinya, mereka beraksi melakukan rencana yang telah mereka sepakati sebelumnya.
Ba memoluo, bamöi baero Laoŵömaru, ba i’ila rufia andrö, iŵai sanagö. Ba i’obö göli, bameno oköli, itunu, baŵanga’i ana’a andrö. Ba lö’ö sa’ae naha manu, lötugela. Ba naso zanuŵo nomege, mei’ozaragö rufia andrö; lara’u ia, laböbö bala böbözi.
Ketika fajar menyingsing, keluarlah Laowomaru, dan dia melihat serakan emas tersebut, dia mengira ada orang yang hendak mencuri. Akhirnya, di tebangnya semua bambu yang mengelilingi lubang itu, setelah kering, dibakarnya untuk mengambil emas tersebut. Namun, akibatnya tidak ada lagi tempat ayam berkokok, sehingga tiba-tiba segerombolan masyarakat datang menangkap dan memukuliLaowomaru saat dia mengumpulkan emas tersebut.
Ba lara’u göi wo’omonia, lasekhegö, ena’ö nai’ombakha’ö, hadia ŵangabölö Laowömaru, lamanekhönia: Na lö ö’ombakha’ö khöma, bamabunu’ö göi. Aŵena i’ombakh’ö khöra, imane: Bahögönia yawa sombu, si hulö ŵalölöwa, bada’ö so ŵa’abölönia. Aŵena ladöni mbu kawa andrö, si siwa rozi, b ataya ŵa’abölönia, bamangarö-ngarö ia khö Zihoi; ba labunu ia.
Masyarakat tersebut juga menangkap istrinya dan membelenggu dia, supaya memberitahukan rahasia kesaktian dari Laowomaru, suaminya. Kata mereka kepada Sihoi “Jikalau engkau tak memberitahukan kepada kami, maka engkau juga akan ikut terbunuh”. Akhirnya, dengan penyesalan dan rasa berat hati, Sihoi mengakatakan demikian “Di atas kepalanya, terdapat rambut yang bagaikan jarum, disanalah letak kekuataannya”. Mereka kemudian mencabuti sembilan helai rambut kawat Laowomaru, dan hilanglah kekuatannya. Menjerit-jeritlah Laowomaru kepada Sihoi, hingga Laowomaru mati dibunuh dan Sihoi, tak sadarkan diri hingga selamanya.
Nilai Moral dari Cerita diatas adalah : Hendaklah kita yang memiliki kelebihan, mempergunakannya untuk kebaikan. Sebab kejahatan yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang merugikan diri kita sendiri. Dan kita sebagai seorang manusia, harus memiliki rasa sosial, bukan menghakimi dan menganggap diri kita benar. Seharusnya kita mampu introspeksi diri dan menyelesaikan masalah dengan sebuah Solusi. Tapu BUKAN MENGHAKIMI !
Sumber : Apresiasi Fikti
Editor : Yap Gea
Komentar
Posting Komentar